Sunday, February 14, 2010

KIRAB GREBEK SUDIRO BUKTI KEHARMONISAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA CHINA



Suatu hari waktu saya melewati daerah Pasar Gede perhatian saya tertarik pada sebuah rangkaian lampion merah khas negeri China berada di atas Jalan Urip Sumoharjo. Saya mulai teringat bahwa bulan Februari ini terdapat hari raya Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari Minggu 14 Februari 2010. Selain untuk memeriahkan hari tahun baru bagi warga etnis Tionghoa, pemasangan rangkaian lampion merah tersebut ternyata juga untuk memeriahkan Kirab Grebek Sudiro yang diselenggarakan pada hari Minggu 7 Februari 2010.
Mungkin sebagian masyarakat di Solo  belum mengetahui apa itu kirab Grebek Sudiro. Kirab Grebek Sudiro diselenggarakan atas kerjasama dari warga Kelurahan Sudiroprajan, Panitia Imlek Bersama, dan Pemkot Surakarta untuk mengharmoniskan kebudayaan Jawa dan China yang mempunyai asal usul dan sejarah yang bertolak belakang itu. Secara Sosiologis kegiatan ini juga bermanfaat untuk menekan gap atau kesenjangan sosial antara etnis Tionghoa di Solo dengan masyarakat Jawa sehingga akan terjadi kerukunan dan keserasian sosial dalam kehidupan warga di Solo. Kirab ini baru mulai diselenggarakan sekitar tiga tahun yang lalu dan akan menjadi agenda tiap tahunnya.
Acara kirab tersebut dimeriahkan dengan berbagai kesenian dari dalam maupun dari luar Solo seperti kesenian Reog ponorogo, Topeng Ireng, Kelompok Batik Carnival, Kelompok Kesenian Merbabu, dan Kelompok Sepeda Onthel Tempo Doeloe. Kesenian China juga tidak kalah meriah dengan kesenian Barongsai, Kelompok Liong, lampion raksasa, serta pernak pernik khas negeri Tirai Bambu.
Setelah sore hari tiba, puncak acara Grebek Sudiro tiba yaitu dua buah gunungan yang berisi kue ranjang yang diarak di tengah jalan. Ratusan warga yang memadati ruas jalan saling memperebutkan gunungan tersebut. Selain itu panitia juga membagikan sekitar 4.000 buah kue ranjang kepada warga yang telah menanti selama berjam-jam. Tak heran jika daerah Pasar Gede pada waktu itu menjadi riuh dan ramai oleh warga yang saling berebut gunungan kue ranjang.
Kirab tersebut sebagai langkah bagus untuk menjaga dan melestarikan budaya di Indonesia walaupun budaya Tahun Baru Imlek bukan berasal dari Indonesia. Acara tersebut sebagai bukti bahwa Indonesia khususnya kota Solo mempunyai beragam kebudayaan dengan ciri khas yang plural serta terbuka dan menghargai kebudayaan lain.

No comments:

Post a Comment