Saturday, July 23, 2011

AWAS ANCAMAN “SI KOMO” DI SOLO

Mungkin kita pernah mendengar tokoh Si Komo dari cerita orang tua kita dulu. Yap, memang pada era tahun 90-an tokoh ini sangat sering ditayangkan dalam televisi melalui siaran TVRI. Tokoh ini direfleksikan sebagai seekor komodo hitam yang sangat disukai anak-anak pada waktu itu. Selain itu, tokoh ini juga terkenal akan lagunya yang dinyanyikan oleh Kak Seto Mulyadi yang juga sebagai pengisi suara Si Komo. Salah satu lirik yang menarik bagi Saya adalah.
“….macet lagi, macet lagi gara-gara Si Komo lewat….”
Apa hubungannya macet dengan Si Komo? Si Komo digambarkan sebagai seekor komodo hitam yang mempunyai badan besar. Tak heran ketika ia lewat atau menyebrang jalanan ibukota selalu menyebabkan macetnya lalu lintas. Secara tidak langsung hal tersebut juga mengandung kritik sosial terhadap keadaan lalu lintas Jakarta pada waktu yang mulai padat.
Mungkin keadaan lalu lintas Jakarta di era Si Komo tidak jauh berbeda dari keadaan lalu lintas di Kota Solo saat ini. Mulai padatnya pengguna kendaraan pribadi memperbesar potensi kemacetan di Solo. Pada tahun 2010 saja jumlah pengguna kendaraan pribadi di Kota Solo mencapai 279.310 unit. Untuk saat ini luas jalan yang ada masih mencukupi untuk dipakai para pengguna kendaraan namun tidak ada yang menjamin bahwa hal tersebut akan berlangsung lama. Besar kemungkinan para pengguna kendaraan baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi naik pada tahun depan.

 Penyebab terbesar dari permasalahan ini adalah semakin naiknya jumlah penduduk khususnya penduduk Kota Solo. Naiknya jumlah penduduk berbanding lurus dengan naiknya permintaan akan kendaraan pribadi [asumsi rata-rata pendapatan penduduk sama]. Saat ini jumlah penduduk di Kota Solo mencapai 503.421 jiwa bandingkan dengan jumlah pengguna kendaran pribadi yang mencapai 279.310 unit.
Penyebab kedua adalah mudahnya akses untuk mendapatkan kendaraan pribadi. Dalam hal ini melibatkan pihak dealer kendaraan pribadi yang menyediakan jasa leasing terhadap kendaraan pribadi. Mudahnya syarat-syarat yang diperlukan untuk mendapatkan kendaraan pribadi memancing masyarakat untuk mendapatkan kendaraan pribadi walaupun ada juga golongan masyarakat yang melakukannya untuk sebuah prestise bukan sebagai sebuah kebutuhan sehari-hari. Ini yang harus dikurangi.
Penyebab ketiga adalah kendaraan pribadi yang digunakan dengan tidak semestinya. Misalnya, mobil yang digunakan hanya untuk satu atau dua orang. Padahal secara esensial mobil harus digunakan oleh tiga orang atau lebih. Ini berhubungan dengan prestise yang telah dimaksud di atas. Ada golongan masyarakat yang ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat agar kelas sosialnya naik dalam masyarakat dengan mempunyai kendaraan pribadi yang mewah seperti mobil.
Penyebab keempat adalah keadaan transportasi umum yang kurang baik. Hal tersebut juga berperan mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan umum ke kendaraan pribadi. Pemerintah Kota Solo sebenarnya sudah berupaya menawarkan alternatif kendaraan umum melalui peluncuran BST [Batik Solo Trans]. Tetapi masih belum menunjukkan efek yang signifikan.
Kita sebagai masyarakat Kota Bengawan pasti tidak menginginkan kemacetan seperti ini terus menerus terjadi atau semakin parah seperti kota metropolitan DKI Jakarta. Ada beberapa alternatif yang bisa ditawarkan untuk mencegah macet atau meminimalkan kemacetan yang ada sekarang.
Langkah pertama yang paling mudah adalah “menyadarkan” diri sendiri akan keadaan lalu lintas di Kota Solo yang semakin padat, menyingkirkan ego dan prestise yang dimiliki untuk kenyamanan dan kepentingan bersama sesama pengguna jalan. Misalnya menggunakan kendaraan umum yang telah disediakan atau menggunakan kendaraan beroda dua. Jika penumpang yang ikut dalam perjalanan lebih dari tiga orang atau lebih bisa mengendarai mobil. Perubahan sebuah kota dimulai dari kesadaran masyarakatnya.
Dari sisi pemerintah juga dapat menerapkan beberapa kebijakan yang dapat mengurangi kemacetan. Salah satu kebijakan yang paling sukses adalah pemindahan PKL yang berada di sisi jalan ke tempat yang telah disediakan tanpa ada darah yang mengalir, tulang yang patah, atau ketegangan antara pemerintah dan masyarakat pedagang. Selain itu pemerintah juga sudah menawarakan alternatif angkutan umum seperti BST dan Bis DAMRI yang sekarang sudah dilengkapi dengan fasilitas AC. Ada baiknya juga menerapkan sebuah standar kelayakan bagi angkutan umum selain milik pemerintah agar angkutan umum yang beroperasi lebih layak untuk dipakai masyarakat. Standar yang dimaksud bisa berupa standar kelayakan mesin, kelayakan fasilitas angkutan, kelayakan sistem pembuangan, dan lain-lain. Dengan begitu diharapkan masyarakat akan lebih tertarik menggunakan angkutan umum sehingga kemacetan bisa berkurang.


By : Reda T (redataradipa@yahoo.com)
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/04/24/83818/Pemkot-Solo-Kaji-Pembatasan-Kendaraan-Pribadi
Sumber Gambar : http://aditiyaharjon.blogspot.com/2010/05/lepaaaskaaan_30.html


3 comments:

  1. Hwakakakak.. Si Komo tohh.. kesukaan ku jik cilik..

    Lha Si Ulil ndi??
    hahaha

    ReplyDelete
  2. wah si komo ad di solo sekarang .........

    ReplyDelete
  3. @mas ambonganteng: kesukaanku juga mas.....si unyil kali mas...hehehe...maaf y mas...jrang ngeblog maklum lagi galau sama kuliah...hehehe...:D

    @noretz-area: iya sdah ada tanda2nya...BERSIAPLAH....wkwkwk(lebai):D

    ReplyDelete